Jumat, 26 April 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Hari Ini, Info Terbaru dan Terkini

Harga makin Mahal, Warga Desa Matotonan Produksi Migor

Warga Desa Matotonan membentuk kelompok untuk memproduksi minyak goreng. Mereka tampak kompak dan bersemangat. (Foto: Sabarial/Datiak.com)
480 pembaca

Mentawai | Datiak.com – Harga minyak goreng sekarang makin melambung. Menghadapi kondisi tersebut, warga Desa Matotonan, Kecamatan Siberut Selatan, kompak untuk memproduksi minyak goreng (migor). Bahan mentahnya yaitu buah kelapa.

Terlaksananya kegiatan tersebut, berkat kemitraan Yayasan Kirekat Indonesia (YKI ) dengan Kementerian Sosial. Dalam implementasinya, warga Matotonan didampingi Komunitas Adat Terpencil (KAT), yang diwakili oleh Irfan Samoan Muntei.

“Pendampingan dan pembinaan untuk pelaksanaan program dari Kemensos ini, kita lakukan selama 3 bulan. Yakni pada September hingga Desember 2021,” ujar Irfan ketika diwawancarai di Desa Matotonan, kemarin.

Dan di pengujung Desember 2021, sambungnya, dilakukan pelatihan untuk warga Matotonan terkait produksi minyak goreng tersebut. “Pelatihan itu berlangsung 3 hari, yakni 26-29 Desember 2021. Banyak pemateri yang dihadirkan guna memantapkan pemahaman dan keilmuan masyarakat dalam memproduksi minyak goreng,” hematnya.

“Bahkan, pematerinya ada yang datang dari Sekretariat Presiden yang membidangi pemberdayaan perempuan. Lalu tenaga ahli pengolahan minyak kelapa, Bupati Kepulauan Mentawai, serta Koordinator PKH Kepulau Mentawai,” imbuh Irfan.

warga Desa Matotonan produksi minyak goreng
Bupati Kepulauan Mentawai, Yudas Sabaggalet ketika memberikan materi pelatihan kepada warga Desa Matotonan yang akan memproduksi minyak goreng. (Foto: Sabarial/Datiak.com)

Untuk kebutuhan pelatihan, lanjutnya, didukung dari Kemensos. Di antaranya untuk membeli mesin kukur kelapa, panci, kuali masak, sendok, dan mini genset. “Nantinya, barang-barang itu akan diserahkan untuk aset kelompok binaan ibu-ibu yang dinaungi PKK Desa Matotonan,” ungkapnya.

Anggaran yang terserap untuk kebutuhan selama pelatihan, katanya sebanyak Rp 20 juta. ” Yayasan Kirekat Indonesia akan terus mendampingi sampai warga di desa ini benar-benar mandiri dalam memproduksi minyak kelapa,” ucapnya.

Sebab, tambahnya, minyak kelapa yang diproduksi warga Desa Matotonan, ditargetkan bisa dipasarkan keluar Kepulauan Mentawai. Hal itu tentunya setelah syarat terpenuhi. Di antaranya masa kedaluwarsa, hasil uji kelayanan oleh BPOM, dan label halal.

“Sekarang kita masih dalam proses pengujian kompisisi minyak goreng yang diproduksi warga Desa Matotonan ini di Labor Universitas Andalas di Padang,” katanya.

Semangat Warga Desa Matotonan Terbatas Bahan Baku

Upaya warga Desa Matotonan untuk memproduksi minyak goreng, ternyata masih mengalami sedikit hambatan. Yakni terbatasnya bahan baku. “Bahan bakunya itu tentu buah kelapa yang benar-benar layak untuk diolah,” ungkap Sukrianto, selaku ketua kelompok sekaligus pembina kelompok yang memproduksi minyak goreng di desa tersebut.

Jadi, lanjutnya, sekarang warga Desa Matotonan baru bisa memproduksi sekitar 50 kilogram minyak goreng dari kelapa setiap bulannya. “Dalam sebulan itu, kita bisa melakukan 2 kali pengolahan atau produksi minyak. Sekali pengolahan membutuhkan 200 buah kelapa yang hasilnya sebanyak 25 kg minyak,” jelasnya.

Untuk itu, katanya, sejauh ini minyak goreng yang diproduksi baru bisa dipasarkan di dalam desa. “Sejauh ini, kebutuhan masyarakat desa mampu terpenuhi dengan 50 kg minyak hasil produksi kelompok,” ungkapnya.

Sukrianto pun mengatakan, sejauh ini baru ada 1 kelompok di Desa Matotonan, yang mengolah kelapa menjadi minyak goreng. Jumlah anggotanya sebanyak 40 orang. “Anggota kelompok ini, yaitu ibu-ibu binaan PKK Desa Matotonan,” tukasnya. (da.)


Baca berita Mentawai hari ini di Datiak.com.

Sabarial
Penulis