Minggu, 28 April 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Hari Ini, Info Terbaru dan Terkini

Insiden Yasri Warga Nagari Sungai Asam Ramai Pengawalan

Suasana rumah orangtua Yasri tampak masih ramai pelayat dan sejumlah tokoh masyarakat di Nagari Sungaiasam, Padangpariaman, kemarin (17/3). (Foto: IST)
601 pembaca

Padangpariaman | Datiak.com – Yasri, 39, warga Nagari Sungai Asam yang ditangkap Tim Satresnarkoba Polres Padangpariaman, Senin (14/3) sekitar pukul 18.30. Namun, Selasa (15/3) sekitar pukul 06.00, pihak keluarga mendapat kabar bahwa Yasri sudah dalam kondisi meninggal dunia di RSUD Padangpariaman.

Kabar itupun membuat kaget keluarga Yasri. Pasalnya, pria yang ditangkap karena dugaan penyalahgunaan narkotika tersebut, dalam kondisi sehat ketika dibawa oleh petugas Polres Padangpariaman. “Saat ditangkap, abang saya sedang bermain game dalam hp-nya, di teras rumah orangtua kami ini,” ujar Irma, 32, adik kandung dari Yasri, kemarin.

Irma mengenang suasana penangkapan tersebut. Katanya, petugas yang datang tiba-tiba, langsung merangkulkan tangan ke leher Yasri. “Abang saya kebingungan dan terus bertanya ada apa ini? Ia tidak sedikitpun melakukan perlawanan. Petugas itupun bilang, ini barang kamu kan? Sambil melihatkan plastik kecil kepada abang saya, ” ungkap Irma.

Namun, lanjutnya, petugas tidak menghiraukannya sedikitpun. Malah, Yasri ditemungkupkan dengan tangan dipelintir ke belakang. “Abang saya itu sampai kesakitan dia sampai memohon “tolonglah pak, jangan kasar seperti ini. Tangan saya sakit,” ujar Irma dengan nada bergetar, ketika mengulang perkataan abangnya itu.

“Petugas hanya melihatkan plastik kecil yang disebutnya narkoba yang ditemukan tepat di dekat abang saya duduk. Abang saya pun langsung membantah kalau itu bukan miliknya,” sambung Irma yang tampak berupaya keras menahan sedihnya.

Hanya saja, lanjut Irma, petugas tidak menghiraukan. Mereka tetap bersikeras kalau plastik kecil yang disebut berisi narkoba itu milik Yasri. “Mereka bilang, di tangan sebelah mana ini tadi kamu simpan,” ungkap Irma mengunglang pertanyaan salah seorang petugas.

“Padahal, sejak awal mereka (petugas) datang tiba-tiba ke orangtua kami ini, langsung merangkul leher abang saya. Lalu menelungkupkan dan memborgol tangan abang saya itu ke belakang. Kok mereka bertanya seperti itu,” sambung Irma.

Irma yang sedari awal penangkapan selalu dihardik ketika betanya kepada petugas, sontak berbicara dengan nada keras. “Apa seperti ini cara kalian. Kalau memang abang saya kata kalian salah, bawa dan periksa dia sebagaimana mestinya. Jangan kalian perlakukan tidak manusiawi seperti ini,” kata Irma meluapkan amarahnya.

Namun Irma kembali diperingatkan untuk diam oleh petugas. Lalu, petugas melakukan pemeriksaan ke dalam rumah orangtua Yasri tersebut. “Saya bersama sejumlah keluarga yang berada di rumah saat itu, ikut mendampingi penggeledahan itu. Begitupun pak wali korong. Selama penggeledahan itu, tidak ada ditemukan narkoba seperti yang mereka (polisi) sangkakan kepada abang saya,” tukas Irma.

Hal itupun turut dibenarkan oleh Wali Korong Sungai Asam, Anuar. Melihat kondisi yang menurutnya kurang kondusif, Anuar pun meminta petugas itu membawa Yasri ke mobil, apabila memang diduga melanggar hukum. “Saya bilang, warga Nagari Sungai Asam ini banyak melihat. Bahkan anak-anak. Datuaknya (datuak dari keluarga Yasri, Red) juga menyaksikan. Kalau memang dia diduga bersalah, bawa dan periksa di kantor polisi sebagaimana prosedur yang berlaku,” ucap Anuar mengulang pembicaraannya saat itu, kemarin.

Permintaan Anuar pun dituruti. Setelah melakukan penggeledahan di dalam rumah, petugas yang jumlahnya empat orang, pergi membawa Yasri menggunakan mobil. “Namun berselang sekitar 15 menit, dua orang petugas kembali ke rumah orangtua almarhum Yasri tersebut. Katanya, mereka ingin ambil hp almarhum,” ungkap wali korong.

Tetapi, setelah mengambil hp, kedua petugas itu tidak langsung pergi. Mereka sempat berjalan ke arah samping rumah orangtua Yasri tersebut. “Waktu itu, datuak keluarga Yasri ini mendampingi mereka, tetapi dilarang. Tiba-tiba, balik dari samping rumah itu, salah seorang petugas mengambil kotak rokok Surya di halaman rumah orangtua almarhum,” jelas Anuar.

“Ini lagi,” ujar Anuar mengulang perkataan petugas yang memperlihatkan kepadanya isi dari kotak rokok Surya itu. “Di dalamnya ada dua batang rokok dan plastik ukuran seujung ibu jari tangan, yang disebut petugas itu berisi narkoba,” beber Anuar.

Anuar pun hanya bisa mempersilahkan petugas tersebut membawa barang yang disebut milik Yasri tersebut. “Kalau kebenaran itu Tuhan yang tahu. Dari awal saja, tidak ada koordinasi petugas dengan kami. Padahal, biasanya penangkapan selalu ada koordinas. Apa memang begitu prosedurnya sekarang,” tukasnya.

Sedari awal, Irma sudah banyak merasakan kejanggalan dalam proses penangkapan Yasri. Mulai dari barang bukti yang muncul tiba-tiba, hingga kembalinya petugas menjemput handphone milik Yasri dan menemukan lagi narkoba yang disebut petugas milik Yasri.

“Setahu saya dan keluarga dan juga teman abang saya, bahwa abang saya itu tidak pernah merokok Surya. Kok tiba-tiba petugas yang kembali itu memperlihatkan plastik yang diduga berisi narkoba yang dikeluarkannya dari dalam kotak rokok Surya yang ditemukan di depan rumah orangtua kami ini,” kata Irma.

Ditambah lagi, lanjutnya, Selasa (15/3) sekitar pukul 06.00 pagi, keluarganya mendapat kabar dari warga Nagari Sungai Asam bahwa Yasri berada di RSUD Padangpariaman dalam kondisi meninggal. “Karena tidak ada kabar dari polisi, Mandeh (tentenya) saya pun pergi memastikan kabar itu ke RSUD Padangpariaman. Ternyata benar, abang saya sudah meninggal dengan kondisi sangat memprihatinkan,” ucap Irma dengan mata yang berkaca-kaca karena menahan air matanya.

Hal itupun dibenarkan oleh Darmawati, 54, mande dari Yasri tersebut. Ia kaget dan histeris melihat kondisi anak kakaknya itu. “Mukanya memar dan lebam, kakinya melepuh seperti kena air panas. Lalu telinganya mengeluarkan darah,” ungkap Darmawati dengan wajah lesu.

Ia pun langsung bertanya kepada petugas rumah sakit dan dua orang polisi yang berada di RSUD Padangpariaman itu. “Kalau kata petugas RSUD, anak saya ini sudah dalam kondisi meninggal ketika diantarkan ke RSUD. Sedangkan petugas kepolisian yang saya tanyakan, hanya mengatakan bahwa itu sudah takdir almarhum,” beber Darmawati.

Keluarganya yang tidak terima dengan kejadian itu, langsung mempertanyakan ke Polres Padangpariaman. “Saat melapor, kami diminta melakukan autopsi. Dan akhirnya, Selasa (15/3), almarhum diautopsi ke Rumah Sakit Bhayangkara di Padang,” ujarnya.

Selama proses autopsi itu, pihaknya mendatangi Polda Sumbar untuk melaporkan kejadian tersebut, Selasa malam (15/3). “Seluruh bukti yang kita bawa difoto oleh petugas di Polda Sumbar itu. Namun, mereka menjelaskan apabila kejadian itu sudah dilaporkan ke Polres Padangpariaman, berarti tinggal tunggu prosesnya,” ucap Darmawati.

Namun apabila proses di Polres Padangpariaman dianggap lamban, imbuh Darmawati, pihak Polda Sumbar mempersilahkan keluarga Yasri melapor ke Polda Sumbar. “Kami akan tuntut masalah ini sampai ke mana pun. Sebab, ini sudah sangat tidak berprikemanusiaan,” tukasnya.

Polisi Sebut Diamuk Warga Nagari Sungai Asam

Banyaknya lebam dan memar di wajah Yasri, sempat disebut karena diamuk massa oleh Kasat Narkoba Polres Padangpariaman, AKP Ahmad Ramadhan. Pernyataan itupun mematik kehebohan warga di Nagari Sungai Asam. Sebab, sedikitpun warga Nagari Sungai Asam tak ikut campur saat polisi melakukan penangkapan.

Hal ini ditegaskan oleh Wali Nagari Sungai Asam, Nofri Hardi Saputra, kemarin. Katanya, stategmen Kasat Narkoba tersebut telah membuat warga Nagari Sungai Asam marah. “Tidak pernah warga Nagari Sungai Asam ini berbuat semena-mena. Apalagi terhadap saudaranya sendiri,” tegas Nofri.

Untuk itu, Nofri meminta pihak Polres Padangpariaman mencabut kembali pernyataan yang kini sudah berseliweran di media tersebut. “Polres Padangpariaman harus menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada warga Nagari Sungai Asam. Sebab tuduhan ini sudah sangat menyakiti dan mempermalukan kami,” tegas Nofri lagi.

Sejauh ini, lanjut Nofri, warga Nagari Sungai Asam masih bersabar, mengingat proses hukum yang kini sedang berjalan. Namun, ia tentu tidak dapat memastikan kondisi tersebut aman apabila kepolisian tidak meminta maaf. “Jangan sampai, kami di Nagari Sungai Asam tidak percaya terhadap Polres Padangpariaman. Jadi, Kapolres Padangpariaman harus menjaga nama instansinya dengan menyampaikan permintaan maaf kepada warga kami,” tukasnya.

Permintaan serupa juga ditegaskan mantan Wali Nagari Sungai Asam, Yuliasman, yang kini duduk di kursi Anggota DPRD Padangpariaman. Sebab, informasi yang dikumpulkannya dari warga Nagari Sungai Asam, selama penangkapan warga dilarang mendekat. Tetapi, sekarang malah beredar fitnah warga Nagari Sungai Asam yang memukuli Yasri.

“Saya secara pribadi ataupun mewakili masyarakat, meminta kepolisian menuntaskan kasus ini setuntas-tuntasnya, sesuai aturan yang berlaku. Siapa yang berbuat, harus menanggung risikonya,” tegas politisi PKS tersebut.

Yuliasman pun mengungkapkan bahwa pernyataan itu juga sudah disampaikannya kepada petugas yang mendatangi rumah orangtua Yasri, untuk melakukan identifikasi dan pengumpulan keterangan dari saksi dan keluarga Yasri.

“Kita berharap kasus ini dipantau tidak hanya oleh kapolres dan kapolda. Tapi harus juga oleh kapolri. Jadi, kasus ini benar-benar tuntas. Sehingga, kejadian ini tidak terulang ke depannya. Tidak saja di nagari kami ini, tetapi di daerah lain,” harapnya.

Sebab, lanjutnya, meninggalnya Yasri tentu membuat keluarganya sangat sedih. Terlebih istri dan 3 orang anak yang ditinggalkannya. “Makanya, ini harus diperhatikan betul dan diusut tuntas. Sebab, saat dibawa polisi, kondisi almarhum sehat-sehat saja. Tidak ada luka. Almarhum pun tidak ada riwayat penyakit,” tukasnya.

Laporan Anggota

Kasat Narkoba Polres Padangpariaman, AKP Ahmad Ramadhan, yang dikonfirmasi kemarin, mengatakan bahwa anggotanya yang melakukan penangkapan terhadap Yasri yang diduga menyalahgunakan narkotika, dalam proses pemeriksaan oleh Propam Polda Sumbar.

“Soal itu (tuduhan Yasri diamuk warga Nagari Sungai Asam, Red), saya menjelaskan sesuai laporan dari anggota yang melakukan penangkapan,” ungkap AKP Ahmad lewat saluran telepon pribadinya.

Polda Sumbar Tunggu Hasil Autopsi

Terpisah, Kabid Humas Polda Sumbar Kombes Pol Satake Bayu menyebutkan, hingga kini pihaknya masih menunggu hasil autopsi yang diminta oleh pihak keluarga Yusri. “Hingga saat ini Polda Sumbar masih menunggu hasil autopsi,” sebut Satake.

Setelah keluarnya hasil autopsi, lanjutnya, Polda Sumbar baru akan menindaklanjuti kasus tersebut. Artinya, sekarang Polda Sumbar belum dapat memastikan penyebab meninggalnya tersangka. “Setelah kita mengetahui hasil autopsi, baru kita lanjutkan proses selanjutnya,” ungkapnya.

Menurutnya, saat ini penyelidikan kasus tersebut masih ditanganin oleh Polres Padangpariaman. “Masih di Polres setempat (Polres Padangpariaman, red) di Polda sendiri belum ada kegiatannya,” ungkap Satake.

Satake juga mengatakan bahwa Menurutnya hingga saat ini masih belum menurunkan Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidang Propam) Polda Sumbar. “Sekarang sepenuhnya masih di Polres Padangpariman,” tukasnya.

Komnas HAM bakal Telusuri

Ketua Komnas HAM Sumbar, Sultanul Arifin, yang mendapat informasi tersebut ketika dimintai tanggapan terkait hal tersebut, mengatakan bahwa sejauh ini pihaknya belum mendapat laporan terkait kasus di Padangpariaman tersebut. Namun, pihaknya bakal melakukan penelusuran.

“Kita cukup menyayangkan, apabila ini memang kerjadian dugaan kekerasan yang menyebabkan meninggalnya tersangka. Jadi, saat ini kita akan menelusuri terlebih dahulu kasus tersebut, dan kita akan meminta klarifikasi pihak-pihak terkait,” ucapnya.

Sultanul juga mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya korban yang diduga mengalami kekerasan tersebur. “Kita turut berduka untuk keluarga yang ditinggalkan korban,” tukasnya. (da.)


Baca berita Padangpariaman hari ini di Datiak.com.

Tim Redaksi
Penulis