Selasa, 14 Mei 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Hari Ini, Info Terbaru dan Terkini

Pembebasan Lahan Tol di Sumbar Usai Padang-Sicincin Butuh Waktu 15 Tahun?

Pembangunan Exit Tol Padang-Pekanbaru di Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2x11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman. (DatiakFoto)
674 pembaca

Padang Pariaman | Datiak.com – Pembebasan lahan tol di Sumbar, tepatnya untuk ruas selain Tol Padang-Sicincin, nyaris tak ada kabar progresnya. Padahal, jalan tol di provinsi tetangga, yakni Riau, sudah merapat ke Sumbar.

Tidak kompetennya pemerintah di Sumbar dalam pebebasan lahan tol, memang bukan isu lagi. Sudah terbukti pada Tol Padang-Sicincin yang memakan waktu 5 tahun untuk pembebasannya.

Sekarang, tugas lebih berat menanti. Yakni pembebasan lahan tol di Sumbar, usai pembangunan Tol Padang-Sicincin ini. Hal itu lantaran jumlah lahan yang bakal dibebaskan lebih banyak.

Informasi yang dirangkum Datiak.com, setelah Padang-Sicincin, tol yang akan dibangun selanjutnya di Sumbar yaitu dari Sicincin ke Bukittinggi, Bukittinggi ke Payakumbuh, dan Payakumbuh hingga Pangkalan.

Total panjang jalan tol yang akan dibangun di tiga seksi pembangunan tersebut, yaitu sekitar 130 km. Itu tentunya 3 kali lipat lebih panjang dari Tol Padang-Sicincin.

Maka dari itu, masyarakat yang melihat pembebasan lahan Tol Padang-Sicincin yang dimulai sejak 2018 hingga tahun ini, sangat pesimis pembebasan untuk seksi Sicincin-Bukittinggi, Bukittinggi-Payakumbuh, dan Payakumbuh-Pangkalan, dapat cepat dituntaskan.

“Hanya orang bodoh yang percaya kalau bisa selesai dari Sicincin sampai Pangkalan lebih cepat dibandingkan pembebasan lahan Padang-Sicincin,” hemat Aris (32), seorang jurnalis di Padang Pariaman.

Wartawan yang intens mengikuti informasi pembangunan tol di Padang Pariaman tersebut menilai, bahwa pembebasan lahan tol di Sumbar sudah salah sejak komitmen awal.

“Waktu itu, mestinya Gubernur Irwan Prayitno membuat komitmen tertulis dengan seluruh kepala daerah yang daerahnya bakal dilalui tol. Lalu kasih target. Kalau memang beliau serius,” hematnya.

Namun, yang ia lihat malah lebih banyak narasi dan teori daripada tindakan yang dilakukan Gubernur Sumbar kala itu. Alhasil, target pembebasan lahan tol di Sumbar berkali-kali molor.

“Target molor, berarti kerja lambat. Kalau kerja lambat, ya potensi muncul masalah-masalah. Dan kita sudah melihat itu. Berapa banyak masalah dalam pembebasan lahan. Sampai-sampai berujung kasus korupsi,” hematnya.

Sekarang, memasuki era pemerintan di Sumbar yang dipimpin Mahyeldi, ia melihat tak begitu berbeda dengan era Irwan Prayitno. Progres pembebasan lahan tol di Sumbar juga berpotensi merangkak.

”Jadi kalau buya (Gubernur Mahyeldi, Red) bilang target ini, terget itu, saya malah tertawa. Masyarakat tidak butuh narasi target. Tetapi fakta lapangan lahan bebas 100 persen sampai batas Riau. Nah, itu baru Gubernur,” katanya sembari tersenyum.

Informasi yang diperoleh dari pihak HKI beberapa waktu lalu, belum ada gambarnya kapan bakal mulai dibebaskannya lahan tol di Sumbar, usai pembangunan Tol Padang-Sicincin.

“Yang pasti kalau kata Gubernur kan sekarang sudah sosialisasi. Sampai kapan, nah ini yang tidak ada lagi kabarnya kan,” ucapnya.

Untuk itu, menurutnya agar Sumbar tidak lagi menyandang gelar daerah paling berbelit dalam pembebasan lahan, Tol Sicincin hingga Pangkalan harus menjadi buktinya. Ia pun menyarankan gubernur mengakar menyorot kinerja tim pembebasan lahan.

“Jika perlu gubernur nyinyir setiap hari kepada mereka. Telpon mereka memberikan laporan rutin. Katanya jalan ini sangat dibutuhkan. Kalau butuh, ya kita harus rajin mendesak orang-orang yang bekerja,” tegasnya.

“Kalau tidak begitu, tidak tertutup kemungkinan pembebasan lahan dari Sicincin sampai Pangkalan nantinya memakan waktu sampai 15 tahun. Artinya 5 tahun per seksinya. Itu sangat memalukan tentunya, karena sudah turun-temurun kerja tidak tuntas,” tukasnya. (*)


Putri Maharani
Penulis