Senin, 20 Mei 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Hari Ini, Info Terbaru dan Terkini

Mengatasi Masalah Keuangan Sangat Mudah dengan 5 Literasi Finansial

Literasi finansial sangat penting dalam mencegah hingga mengatasi masalah keuangan. (Grafis: Tim Datiak.co)
2381 pembaca

Inklusi keuangan di Tanah Air bergerak cepat bersamaan bertumbuhnya teknologi digital. Banyak masyarakat telah berbaur dengan produk keuangan. Sayang, cuma 1/2 dari masyarakat itu yang mengetahui langkah memanfaatkan uang, sehingga bahaya mengawasinya. Hal ini membuat mereka sulit mengatasi masalah keuangan.

Mengatasi masalah keuangan selalu sulit dilakukan. Hal itu karena pengelolaan keuangan memang tidak dilengkapi literasi finansial yang matang. Terlebih oleh kalangan yang belum menikah/lajang. Mereka kerap kali mempergunakan uang untuk hal yang tidak berfaedah.

Mengutip dari penjelasan Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Horas V.M. Tarihoran. Ia mengibaratkan keadaan literasi keuangan di Indonesia seperti banyak orang-orang mengemudi. Akan tetapi, hanya beberapa yang memanfaatkan alat pengaman kepala atau helm.

“Mereka yang tidak menggunakan ‘helm’ ini semacam terkena risiko keuangan,” ujarnya kepada 50 awak media yang ada dalam workshop literasi digital, Rabu (24/8/2022).

Ia mengucapkan, tingkat inklusi keuangan Indonesia baru capai 76,9 % pada 2019. Adapun, tingkat literasi keuangan relatif  rendah di angka 38,03 %. Sejumlah 21 provinsi di Tanah Air punya tingkat literasi di bawah rerata nasional. Begitu juga index literasi digital, masih 3,49 %.

OJK sendiri tidak bisa banyak berbuat untuk mengangkat literasi keuangan serta literasi digital di masyarakat. Hal itu lantaran kebatasan biaya serta sumber daya manusia. Meskipun sebenarnya tiap-tiap tahunnya, OJK menarget bisa menambah tingkat literasi setidaknya 2%. Jadi, pada 2022 literasi keuangan sekurang-kurangnya ada pada angka 44%.

Dalam rencana capai, sambung Horas, OJK sudah membuat Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2021-2025, sebagai pedoman buat OJK, pelaku usaha jasa keuangan (PUJK), ataupun pemangku kepentingan yang lain, dalam menjalankan pekerjaan literasi keuangan.

Makanya, strategi dalam SNLKI 2021-2025 diatur berdasar 3 pilar program penting serta diperlebar jadi beberapa ide program dan core action. “SNLKI 2021-2025 pun dilengkapi dengan roadmap yang diharapkan dapat memaparkan sistem penerapan program untuk capai arah tersebut,” jelas Horas.

Berdasarkan POJK Nomor 76/POJK.07/2016 tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan di Sektor Jasa Keuangan Bagi Konsumen dan/atau Masyarakat, katanya semua PUJK terhitung perbankan harus menjalankan pekerjaan dalam rencana menambah literatur keuangan. Sekurang-kurangnya 1 kali dalam setahun.

Sekarang ini, sambung Horas, ada 80% PUJK yang sudah menjalankan pekerjaan dalam rencana menambah literasi keuangan tiap tahunnya. Lalu memberikan laporan berkaitan penerapan pekerjaan dalam rencana peningkatan literasi keuangan itu terhadap OJK. Yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, serta PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.

Kekuatan Ekonomi Milenial jadi Penopang

Banyak yang berpikiran jika angkatan milenial punya tingkat literasi digital yang lumayan baik. Sayang, tingkat literasi mereka soal keuangan atau finansial nampaknya masih kurang. Sehingga, milenial sering alami persoalan keuangan karena hidupnya yang termasuk boros. Lantas, bagaimanakah cara mengatasi masalah keuangan pada angkatan milenial?

Lifestyle yang menuntut banyak pengeluaran membuat milenial memungkinkan berhadapan dengan persoalan keuangan. Persoalan itu semakin  menimbulkan kerugian, apabila tidak dapat mengurus keuangan secara baik.

Untuk mengatasi masalah keuangan, kalangan milenial yang sekarang mulai mendominasi ekonomi keluarga di Indonesia, perlu memperhatikan 5 perilaku berikut dalam pengelolaan keuangan:

1. Sikap Impuls serta Konsumtif

Sikap impuls serta konsumtif menjadi salah satunya persoalan keuangan pada angkatan milenial. Misalnya beli barang yang kurang begitu diperlukan, belanjakan yang tidak penting, serta boros untuk lifestyle semata. Maka dari itu, penghasilan yang diterima tidak dapat ditabung atau untuk dana darurat.

Untuk itu, membatasi keluarkan uang untuk impian dan mendahulukan kepentingan pokok, langkah tetap mengatasi masalah keuangan milenial. Jadi, harus memprioritaskan kepentingan primer dibanding kepentingan sekunder. Misalnya, apabila telah punya satu barang, mengupayakan agar tidak beli barang yang peranannya sama.

2. Gemar Hura-hura

Angkatan milenial memang puas habiskan waktu untuk bergabung atau kongko. Hal ini tak jarang hanya untuk nikmati suatu hal yang lagi trend. Sehingga mereka dipandang tetap mengikuti kemajuan zaman. Terlebih lagi buat milenial yang belum punya tanggungan atau masih bujang. Mereka cenderung lengah mengurus keuangan, karena penghasilan dipakai untuk penuhi kepentingan sendiri. Alhasil, uang habis tanpa ada tersisa untuk ditabung.

Makanya, langkah kedua mengatasi masalah keuangan yaitu menghindari perilaku hura-hura. Cobalah membuat catatan dalam belanjakan uang. Walau saat ini belum punya tanggungan, terus coba untuk hemat. Atur pengeluaran dengan menilai mana fokus serta mana yang tidak terlalu penting.

3. Tidak Menyiapkan Dana Darurat

Dana darurat begitu berguna dalam mengatasi masalah keuangan. Misalnya guna memenuhi kepentingan yang tiba-tiba. Sangat banyak kalangan milenial yang belum pikiran menyiapkan dana darurat. Sehingga, saat uang habis tanpa arah, mereka kelabakan dalam mengatasi masalah keuangan menghampiri mereka.

Langkah yang tepat untuk mengatasi masalah keuangan, yaitu dengan menyisihkan sejumlah uang untuk dana darurat. Umpamanya dengan menyisihkan 20% dari penghasilan per bulan. Pastikan jangan sampai sentuh uang itu kecuali untuk kepentingan mendorong.

4. Tidak Menabung

Menabung pun menjadi salah satu langkah keuangan yang bagus. Sebab, menabung dalam mengatasi masalah keuangan jangka panjang. Misalnya pembiayaan saat ada musibah, sakit, pendidikan anak, dan banyak lagi. Untuk itu, mulailah menabung dari sekarang.

5. Tidak Berinvestasi

Beberapa angkatan milenial lebih inovatif untuk mendapat uang. Akan tetapi, jarang-jarang mereka yang menginvestasikan uangnya. Mereka memandang investasi cuma untuk orang yang kaya saja. Meskipun sebenarnya investasi malah lebih bagus mulai dengan sedikit-sedikit.

Mengatasi masalah keuangan dengan investasi memang memerlukan waktu yang lama untuk mendapat hasilnya. Akan tetapi, keuntungan dari investasi kerap mengubah taraf ekonomi 180 derajat.

Demikian, sejumlah strategi mengatasi masalah keuangan yang Datiak.com rangkum dari berbagai sumber. Sebenarnya, masih banyak langkah lainnya. Untuk itu, selalulah belajar literasi keuangan, untuk mengatasi masalah keuangan. (da.)


Hasnul Uncu
Penulis