Senin, 29 April 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Hari Ini, Info Terbaru dan Terkini

Kemarau Panjang di Mentawai: Warga 3 Kecamatan Harus Beli Air, Ekonomi Tertekan

Ilustrasi seorang warga yang kesulitan mendapatkan air karena kemarau. (Foto: Freepik)
368 pembaca

Mentawai | Datiak.com – Musim kemarau panjang di Mentawai membuat warganya di tiga kecamatan kesulitan mendapatkan air bersih. Yakni di Kecamatan Sikakap, Pagai Utara, dan Pagai Selatan.

Kemarau panjang di Mentawai yang telah berlangsung selama tiga bulan terakhir tersebut, membuat warga terpaksa membeli air dengan harga mencapai Rp 80 ribu per kubik.

Edi, seorang warga Desa Sikakap, menyampaikan bahwa wilayahnya hampir tidak mendapatkan hujan selama empat bulan terakhir. Kondisi ini mengakibatkan kekeringan yang parah, di mana sumber-sumber air yang biasa digunakan oleh masyarakat juga mengalami kekeringan.

“Sampai saat ini, belum setetes pun hujan turun di Sikakap. Kita sudah sangat kekeringan. Jangankan untuk kebutuhan air minum, untuk air mandi saja, kita harus beli dengan harga Rp 80 ribu per kubik. Sebagian warga lainnya, juga terpaksa menjemput air menggunakan jeriken,” ungkap Edi.

Dia menyoroti situasi kemarau panjang di Mentawai ini benar-benar parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hampir semua sumber air yang biasanya dapat diandalkan juga ikut terkena dampak kekeringan.

Edi berharap pemerintah dapat segera mencari solusi untuk membantu masyarakat mengatasi kesulitan air bersih sekarang ini. Sebab, dengan membeli air menurutnya membuat ekonomi warga sangat tertekan.

Pendapat serupa juga disampaikan oleh Leo Marsen, warga Sikakap lainnya, yang menilai bahwa ketersediaan air bersih merupakan tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat.

Namun, katanya hingga saat ini masalah kemarau panjang di Mentawai yang dihadapi oleh masyarakat, tidak mendapat perhatian yang memadai dari pemerintah. Sehingga, masyarakat tidak saja kesulitan mendapat air, tetapi juga mesti tertekan ekonominya.

“Sekarang ini, kalau sempat terjadi kebakaran rumah yang jauh dari pantai, pasti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Sebab, sumber air yang akan digunakan jauh dan langka. Bahkan, untuk kebutuhan bersih-bersih atau pencucian saja, saat ini, warga sangat kesulitan,” ungkap Leo Marsen.

Di sisi lain, Pulau Siberut telah mulai mendapatkan hujan, sementara wilayah Pulau Sipora masih mengalami intensitas curah hujan yang rendah.

Meskipun demikian, untuk kebutuhan air bersih, warga tidak terlalu khawatir karena masih dapat mengandalkan pasokan air PAM yang dikelola oleh Dinas PUPR Kepulauan Mentawai. (da.)


Putri Maharani
Penulis