Rabu, 15 Mei 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Hari Ini, Info Terbaru dan Terkini

Banjir di Pulau Siberut Mentawai Rendam 465 KK di 4 Desa

Warga Desa Sigapokna beraktivitas menggunakan perahu karena desa tersebut terendam banjir. (Foto: FB Elias Piau)
471 pembaca

Mentawai | Datiak.com – Banjir di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai kembali terjadi. Seperti biasanya, air merendam pemukiman pulau terbesar di Mentawai tersebut, karena curah hujan yang tinggi.  Ketinggian air yang mencapai 20 hingga 50 sentimeter, merendam 465 kepala keluarga (KK) di sana.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Kepulauan Mentawai, Novriadi, mengatakan bahwa pihaknya saat ini masih terus memantau dan mengumpulkan data bencana dan korban banjir di wilayah tersebut. Menurutnya, curah hujan yang tinggi disertai angin kencang di wilayah Pulau Siberut berlangsung semenjak tanggal 4 November 2021.

“Pusdalops BPBD telah memantau kejadian banjir di Pulau Siberut sejak hari Kamis tanggal 4 November 2021. Kita juga sudah melakukan koordinasi dengan para kades/kadus yang wilayahnya terdampak banjir untuk melakukan monitoring dan pendataan dampak banjir, serta penyiapan tempat evakuasi,” ungkapnya.

Saat ini, status kedaruratan di Kepulauan Mentawai terhadap bencana tersebut, masih siaga darurat. Kendati begitu, pihaknya tengah melakukan rapat kajian untuk penetapan status kedaruratan terkait banjir di Pulau Siberut itu.  Sebab, pihaknya belum mendapat informasi terkait akhir dari fenomena La Nina (curah hujan tinggi) tersebut.

“Namun, sesuai penetapan dari Gubernur Sumbar bahwa masa siaga darurat bencana banjir dan longsor sampai dengan akhir tahun 2021. Untuk itu, perlu dilakukan kesiapsiagaan,” ungkapnya.

Jika terjadi hujan lebat dengan durasi lebih dari 1 jam, maka perlu kewaspadaan akan terjadinya banjir terutama di daerah cekungan atau rendah atau daerah bantaran sungai. Kemudian, desa atau dusun agar menyiapkan tempat evakuasi di daerah yang bebas banjir. Kemudian, juga masyarakat perlu membersihkan saluran air yang tersumbat.

Kepala Bidang Kedarutan dan Logistik BPBD Kepulauan Mentawai, Amir Ahmari menambahkan, sebanyak 4 desa yang terdampak banjir di Pulau Siberut. Di antaranya, Desa Muntei, Madobag, Muara Siberut dan Desa Sogapokna.

“Jumlah KK yang terdampak banjir di Pulau Siberut sebanyak 465 KK. Banjir terparah berada di Dusun Plicoman dan Dusun Mangorut, Desa Sigapokna, Kecamatan Siberut Barat,” ungkapnya.

Meski begitu, pihaknya masih terus menghimpun data dari dusun dan desa yang terdampak banjir di Pulau Siberut tersebut. Bagi masyarakat Mentawai yang berada di daerah rawan banjir untuk selalui waspada dan siaga serta  menghindari banjir dengan evakuasi mandiri.

Kemudian, juga kepada masyarakat yang beraktivitas di laut seperti nelayan dan juga pengguna jasa transportasi laut) agar betulbetul melihat kondisi gelombang. Jika tidak memungkinkan, kata dia, aktivasnya ditunda dulu.

Informasi yang dihimpun Datiak.com sebagian warga yang terdampak banjir di Pulau Siberut masih bertahan di rumah. Untuk kebutuhan air bersih, mereka memanfaatkan air hujan untuk dikonsumsi. Sementara, sebagian warga lainnya, ada yang memilih mengungsi ke rumah tetangga yang ketinggian genangan air tidak terlalu tinggi.

Berdasarkan rilis Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada 18 Oktober 2021, Dwikorita Karnawasi telah mengingatkan perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur.

Sekarang, nilai anomalinya telah melewati ambang batas La Nina. Yakni sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021. “Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah-sedang, setidaknya hingga Februari 2022,” isi keterangan BMKG tersebut.

“Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina  tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70% di atas normalnya,” ungkapnya.

Sementara itu Plt. Deputi Bidang Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan.

Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatera Utara, sebagian besar Riau, Sumatera Barat, Jambi, sebagian besar Sumtera Selatan, dan Lampung bagian barat.

Lalu Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu, dan Pulau Seram bagian Selatan. (da.)


Baca berita Kabupaten Kepulauan Mentawai hari ini di Datiak.com.

Sabarial
Penulis