Suku Anak Dalam Menghilang dari Solok Selatan, Kenapa?
Solok Selatan | Datiak.com – Sejak melonjaknya kasus pandemi Covid-19, suku anak dalam (SAD) di Nagari Talunan Maju, Kecamatam Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, mengungsi dan meninggalkan wilayah tersebut.
“Saat kasus Covid-19 meningkat, SAD (suku anak dalam) menghilang dari Nagari Talunan Maju. Kondisi ini saya jumpai ketika akan mengantarkan sembako ke dalam perkebunan sawit di lokasi kediaman mereka,” kata Wali Nagari Talunan Maju, Suwardi Gindo Kuniang, Minggu (1/8/2021).
Hilangnya suku anak dalam tersebut, imbuh Suwardi, mungkin merasa cemas dengan wabah Covid-19. Sekarang, lokasi tempat mereka biasa tinggal yang beratapkan terpal, hanya menyisakan puing berupa tiang kayu saja.
Saat ini Puskesmas Talunan Maju masih ditutup aktivitasnya lantaran banyak tenaga kesehatan yang terkonfirmasi Covid-19. “Kalau diperkirakan sejak bulan lalu mereka pergi, atau di saat wabah pandemi melonjak di nagari kami,” ungkapnya.
Pimpinan suku anak dalam dan masyarakatnya sudah berpindah ke daerah yang lebih aman. Biasanya, setiap hari pasar (balai) Jumat dan Sabtu, mereka ramai ke pasar untuk berbelanja. Namun, sejak sebulan lalu, mereka hampir tidak terlihat lagi.
Bahkan, tambah Suwardi, dua minggu lalu sudah tidak ada lagi suku anak dalam yang dijumpai di kebun sawit. Baik tinggal di tenda terpal maupun berburu babi untuk kebutuhan hidup mereka selama berada di perkebunan.
“Tidak satupun lagi kita jumpai, biasanya saya kerap sekali mendatangi mereka. Berdiskusi dan mendengarkan keluhan mereka,” terang Suwardi.
Interaksi Suku Anak Dalam
Dia menambahkan, pemantauan kondisi suku anak dalam penting. Hal ini agar dapat menghindari gesekan dengan masyarakat Nagari Talunan Maju. Sebab, jika tidak diberikan arahan, kadang mereka merusak tanaman dan mencuri hasil tanaman masyarakat sekitar.
Maka perlu komunikasi wali nagari masuk ke dalam perkebunan kelapa sawit menjumpai suka anak dalam tersebut, agar mereka bisa bersahabat dengan masyarakat. “Kita sebagai wali nagari selain urus masyarakat umum, juga urus SAD. Kehidupan mereka berpindah-pindah dan terus mengalami pertukaran penduduk,” jelasnya.
Ketika menemui suku anak dalam, lanjutnya, harus berlaku adil dalam pemberian sembako. Sebab mereka tidak akan mau berbagi dengan yang lainnya, justru itu wali nagari harus adil. Dicontohkan Suwardi, kalau satu dikasih permen, yang lainnya harus dibagi rata dan lainnya.
“Jadi wali nagari di Talunan Maju, harus mampu berkomunikasi yang baik dengan suku anak dalam. Agar mereka bisa bersahabat dengan masyarakat dan alam sekitar,” bebernya. (da.)
Temukan berita Solok Selatan hari ini dan berita Sumbar terkini di Datiak.com.