Jumat, 29 Maret 2024

Datiak.com

Berita Sumbar Terbaru Hari Ini dan Info Terkini

Shakira, Balita di 3 Koto Amal yang Menahan Sakit tiap Hari

Shakira Putri Ananda terbaring lemas di rumahnya. Ia hanya bisa menahan sakit karena orangtuanya tidak punya biaya untuk berobat. (FOto: Ist)
472 pembaca

Namanya Shakira Putri Ananda (2 tahun),warga Korong Padang Laring Barat, Nagari III Koto Aur Malintang Utara, Kecamatan IV Koto Aur Malintang. Sungguh memilukan hati siapa saja yang melihat kondisinya saat ini. Badannya kurus sekali, suaranya halus nyaris tak terdengar.

SUNGGUH malang nasib Shakira. Dari diagnosa dokter, ia divonis menderita bocor jantung. Nasib balita ini tidak seindah namanya. Dilahirkan di Padang Laring Barat, 12 Desember 2019. Ia anak pertama dari pasangan Darwis (62 tahun) dan Asnibar (42 tahun), warga Korong Padang laring. Kedua orangtua balita malang ini bermata pencarian serabutan.

Sejak lahir, Shakira harus berjuang melawan penyakit tanpa mendapatkan perawatan medis yang memadai. Kondisi ini karena terbentur permasalahan ekonomi yang dialami kedua orang tuanya. Terlebih saat Covid-19 melanda, kondisi perekonomian orangtuanya semakin memprihatinkan.

Padahal, jalan satu-satunya, balita malang ini harus di rujuk ke Rumah Sakit Harapan Kita, di Jakarta. Sementara kehidupan orangtuanya, jangankan untuk biaya obat ke Jakarta, untuk makan sehari-hari saja sulit terpenuhi. Mereka bertahan hidup dari belas kasihan tetangga, sanak saudara dan orang kampung sekitar. Sangat menyedihkan.

“Shakira ini ketika penyakitnya kambuh, ia menjerit, pekik histeris sampai suaranya parau. Halus, nyaris tak terdengar. Kemudian ia tertidur. Begitulah kondisinya setiap hari,” ujar Ratna Yanis, etek dari Shakira.

Shakira diagnosa bocor jantung setelah berumur 6 bulan. Balita ini sering dilarikan ke rumah sakit, karena tiba-tiba kejang, menjerit dan menggelepar. Berdasarkan pemeriksaan dokter, jantungnya membengkak dan tidak normal seperti bayi lainnya.

“Saya berdoa agar Shakira bisa dapat obat sampai sembuh, agar bisa menjadi anak normal seperti anak lainnya. Kami tidak sampai hati melihatnya menjerit, menangis, menggelepar. Kami tidak tahu apa lagi yang dilakukan,” ujarnya Ratna yang didampingi ibu si anak dengan linangan air mata.

Ratna “dinobatkan jadi juru bicara” bayi malang tersebut, karena kedua orangtuanya tidak berpendidikan. Sehingga, mereka tak tahu apa yang akan disampaikan. Namun, di gestur tubuh kedua orang tuanya itu tidak mau kehilangan anaknya.

Kata Ratna, Darwis dan Asnibar selalu berdoa Tuhan segera mengangkat penyakit Sakhira. Selain itu, berharap adanya dermawan yang menyisihkan rezekinya untuk membantu mereka. Sehingga, Sakhira dapat secepatnya dirujuk ke Rumah Sakit Harapan Kita untuk segera dioperasi.

“Perwakilan Dinas Sosial dari Padangpariaman dan Sumbar sudah dua kali datang ke sini untuk menjenguk Shakira. Kami menunggu surat dari dokter Rumah Sakit M. Jamil untuk segera di rujuk Rumah Sakit Jantung Jakarta. Sebab di Padang peralatan medis jantung ini tidak memadai menurut keterangan dokter M. Jamil,” tambah Ratna lagi.

Dalam menunggu proses rujukan dokter tersebut, Ratna harap-harap cemas. Sebab meski biaya obat nanti sudah ditanggung oleh pemerintah untuk operasi di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Tentunya ada orangtuanya mendampinginya anak malang itu.

Inilah yang akan menjadi persoalan baru, karena biaya makan di sana dia tidak punya uang. Jangankan untuk biaya kehidupan di Jakarta, untuk makan sehari-hari saja dari belasan kasihan orang banyak. “Kami sangat berharap ada uluran tangan dermawan, untuk dapat membantu orangtua anak ini demi meringankan beban mereka. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang setimpal” tambahnya lagi.

Nasib mujur belum menghampir keluarga malang ini. Anak pertama Asnibar dengan lain ayah, Yola (21 tahun), menderita tumor ganas. Siswi yang bersekolah di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) di Kota Padang tersebut, menderita tumor ganas di leher dan harus dioperasi pula.

Karena ketiadaan biaya, Yola terpaksa berobat kampung dan kini tidak lagi masuk sekolah. “Kata guru di sekolah nanti kalau sudah sehat boleh masuk sekolah lagi, tapi sampai saat ini belum juga tanda-tanda akan sehat. Sebab menurut keterangan medis tumornya harus diangkat, tapi kami tidak punya biaya untuk itu ya terpaksa diobat kampung saja,” tambah Ratna.

Wali Nagari III Koto Aur Malintang Utara, Amri Besman yang didampingi Korong Padang Laring Barat, Hitra Riyanto saat menjenguk balita malang tersebut, menyebutkan bahwa pihaknya telah berupaya menolong balita itu dengan menghubungi Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Padangpariaman.

“Kami telah menginformasikan ke Dinsos Padang Padangpariaman untuk melihat kondisi anak ini, bagaimana baiknya agar bisa diobati. Perwakilan Kemensos RI dari Padang telah menjenguk anak ini, semoga ada kabar baik, anak ini bisa diobati,” ujar Amri yang diamini Wali Korong Barat Padang Laring, Hitra Riyanto.

Amri pun berharap bantuan para dermawan, agar dapat meringankan beban keluarga anak ini. Jika pun nanti biaya operasi Sakhira ditanggung oleh pemerintah, namun orang tua mendampinginya di Jakarta nanti tentu butuh biaya tidak sedikit.

“Saya hanya berharap semoga ada dermawan bermurah hati pula menyisihkan rezekinya baik itu warga Nagari III Koto Aur Malintang Utara yang ada di kampung maupun di perantauan menginfakkan rezekinya untuk meringankan beban anak ini. Allah pasti akan membalas dengan pahala setimpal,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, bagi umat muslim menyisihkan hartanya untuk membantu dan meringankan beban orang lain, maka pahalanya lebih besar daripada iktikaf satu bulan di Masjid Nabawi, Mekkah. Sungguh memilukan nasibmu Sakhira.

Dalam seusia kamu telah menderita penyakit yang sungguh sangat berat. Semoga ada hikmah di balik penderitaan kamu ini. Oh Tuhan, malang benar nasib mu nak. (da.)


Baca berita Padangpariaman hari ini di Datiak.com.

favicon datiakcom baru oke
Tim Redaksi
Penulis