Ritual Adat di Pantai Mapaddegat, untuk Mengusir Roh Jahat
Mentawai | Datiak.com – Ritual adat di Pantai Mapaddegat, Desa Tuapejat akhirnya digelar, Sabtu malam (22/1). Kegiatan itu dilakukan kepala desa beserta sejumlah tokoh masyarakat Desa Tuapejat. Tujuannya untuk memanjatkan doa, agar desa tersebut terhindar dari malapetaka (musibah).
Seperti diketahui, di awal Januari 2021, Desa Tuapejat kembali dikejutkan dengan kejadian orang tenggelam, di Pantai Mapaddegat, Desa Tuapejat, Kecamatan Sipora Utara. Bahkan, salah seorang korbannya meninggal dunia dalam kejadian tersebut.
Insiden itupun membuat Kepala Desa Tuapejat, Pusuibiat T. Oinan, terpanggil untuk menggelar ritual adat berupa doa bersama di Pantai Mapaddegat. “Kita mengajak tokoh masyarakat dan keluarga korban dalam ritual adat di Pantai Mapaddegat ini,” ujar Pusuibiat, di sela-sela kegiatan tersebut.
Ia menjelaskan bahwa ritual adat di Pantai Mapaddegat, Desa Tuapejat, dilaksanakan sesuai tradisi dari kebudayaan Mentawai terdahulu. Khusunya yang dibudayakan leluhur masyarakat Mentawai di Pulau Sipora. Tradisi itu dipercaya bisa mengusir malapetaka.
Dengan begitu, lanjutnya, Pantai Mapaddegat yang merupakan salah satu objek wisata populer di Desa Tuapejat, terasa aman bagi pengunjungnya. Dalam artian, tidak ada aura mistis yang mengusik kenyamanan hati dan pikiran wisatawan nantinya.
“Walau demikian, terlaksananya kegiatan ritual adat di Pantai Mapaddegat ini, bukan berarti kita menganggap semuanya sudah aman. Kita harus tetap berhati-hati lagi menjaga diri kita dan keluarga kita. Khusunya kepada masyarakat yang berkunjung di Pantai Mapaddegat,” pinta Pusuibiat.
Dalam kegiatan rital tersebut, Pemerintah Desa Tuapejat mendatangkan Sikerei (paranormal) dari Desa Mara, Kecamatan Sipora Selatan, yakni Edison (40 tahun). “Kita menggelar ritual ini malam hari, agar pelaksanaannya tenang. Sebab, siang Pantai Mapaddegat ini ramai pengunjung,” kata Pusuibiat.
Prosesi ritual tersebut berlangsung cukup lama, yakni dari pukul 21.00 hingga 01.45 WIB. Dalam pelaksanaannya, dilakukan pemotongan ayam, lalu darahnya dilumuri pada daun-daun di sekitar pantai.
“Ritual ini memang baiknya dilakukan dalam kondisi hening seperti malam hari. Sebab, jika banyak yang lalu lalang saat ritual berlangsung, takutnya terjadi hal yang tidak diinginkan (kesurupan, Red),” kata Edison.
Pantauan Datiak.com, selama pelaksanaan ritual, aktivitas masyarakat di sekitar Pantai Mapaddegat dihentikan. Sejumlah masyarakat dibantu petugas SatpolPP Mentawai melakukan penjagaan di persimpangan menuju pantai tersebut. Sehingga, tidak ada orang-orang berkeliaran di sekitar lokasi ritual. (da.)
Baca berita Mentawai hari ini hanya di Datiak.com.