Kenapa Ali Mukhni Begitu Yakin Bisa Kurangi Pengangguran di Sumbar?
Pengangguran permasalahan nasional yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi di masyarakat. Tidak terkecuali di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini. Per Agustus 2020 saja, BPS mencatat pengangguran di Sumbar mencapai 190 ribu lebih, atau naik 32,05 persen.
Namun, belakangan salah seorang Calon Wakil Gubernur Sumbar, Ali Mukhni, mengungkapkan optimismenya dapat mengurangi angka pengangguran yang melonjak tajam di Ranah Minang ini. Ia seakan telah memiliki pengalaman dalam hal tersebut.
Padahal, pengalamannya memimpin Padangpariaman hampir satu dekade, belum tentu bisa disamakan dengan permasalahan seluruh daerah di Sumbar. Jadi, apa modal Ali Mukhni yang begitu yakin bisa kurangi pengangguran di Sumbar ini?
Untuk menjawab hal itu, Datiak.com mencoba menemui Ali Mukhni di rumahnya, kemarin (7/11). Berikut kutipan wawancara Datiak.com dengan pasangan Calon Gubernur Sumbar Mulyadi tersebut.
Selamat siang pak Ali, bagaimana detik-detik 32 hari jelang hari pemilihan pak?
Alhamdulillah Allah SWT masih memberikan kita kesehatan dan rahmat yang berlimpah. Sehingga kita masih bisa terus berkunjung dan berdiskusi dengan masyarakat. Jika kita ikhlas dalam segala hal, Insya Allah hati akan terus terasa tenang dalam menghadapi apapun.
Artinya bapak tidak merasakan letih secara fisik, pikiran dan finansial menjalani masa-masa jelang Pilkada ini?
Sudah 15 tahun saya diamanahkan di struktur kepala daerah. 5 tahun jadi Wakil Bupati Padangpariaman. Sekarang hampir 10 tahun sebagai Bupati Padangpariaman. Termasuk saat ini, alhamdullah saya masih diizinkan Allah SWT untuk bisa terus ke lapangan bertemu masyarakat setiap hari. Jadi, semua itu karena Allah SWT. Makanya saya sangat bersykur atas kekuatan yang dilimpahkan Sang Khalik (Allah SWT) kepada saya. Baik untuk fisik ataupun pikiran.
Begitupun soal finansial, bagi saya semua yang saya miliki termasuk hidup saya ini, adalah milik Allah SWT. Jadi sangat berdosa jika saya mengeluh soal finansial. Artinya, rezki yang dititipkan Allah SWT kepada kita, jangan pernah dianggap sebagai milik kita. Insya Allah, tidak akan ada yang namanya letih apalagi takut kekurangan harta atau finansial.
Waduh, sepertinya kami salah menanyakan bapak soal hal ini…
Tidak apa-apa. Kalau tidak ditanyakan mungkin tidak akan ada jawaban seperti itu.
Begini pak, kedatangan kami sebenarnya ingin menanyakan soal pernyataan bapak yang begitu optimis bisa kurangi pengangguran di Sumbar. Apa modal bapak yakin bisa lakukan itu?
Modal pertama saya adalah ridho Allah SWT dan doa dari masyarakat.
Itu kan sifatnya tidak langsung terwujud pak?
Kata siapa. Selama mengemban amanah masyarakat di Padangpariaman, saya hanya bermodalkan dua hal tersebut. Jika tidak, mustahil saya bisa bekerja.
Apa bisa lebih diperjelas lagi apa maksudnya pak?
Ya, kita bisa lihat pembangunan di Padangpariaman. Tidak hanya di sisi infrastruktur, tetapi juga pemberdayaan masyarakat. Semua itu mustahil terwujud jika hanya mengandalkan APBD Padangpariaman. Makanya, saya menilai capaian itu berkat ridho Allah SWT dan doa masyarakat Padangpariaman.
Sehingga, langkah saya selalu dilancarkan dalam menggaet dukungan anggaran. Mulai dari Pemerintah Provinsi Sumbar, pemerintah pusat, bahkan investor dan para perantau Minang yang dominan bersikap dermawan.
Jadi, apa hubungannya dengan optimisme bapak bisa mengurangi pengangguran?
Nah, pertanyaan ini yang saya tunggu. Ridho Allah SWT dan doa masyarakat yang membawa kita pada keberhasilan memperoleh anggaran dari berbagai pihak tersebut, haruslah kita peruntukkan demi kemaslahatan masyarakat. Mulai dari membangun infrastruktur hingga membangun SDM. Kedua hal ini modal utama pengurangan pengangguran yang saya maksud.
Apa buktinya pak?
Karena selama ini saya diamanahkan di Padangpariaman, tentu saya akan memberikan bukti yang ada di Padangpariaman. Salah satu contohnya Politeknik Pelayaran Sumbar yang terletak di Nagari Tapakih, Kecamatan Ulakan Tapakih. Dulunya, kawasan tempat pembangunan Poltekpel Sumbar itu sangatlah sepi. Kalau sudah magrib, tidak ada orang yang akan berani melewati kawasan Politeknik Pelayaran itu.
Perekonomian masyarakat di sana pun hanya berputar di sektor pertanian dan kelautan (nelayan). Jadi, sangat berbeda 100 persen dengan kondisi sekarang yang sudah banyak UMKM berkembang di kawasan Poltekpel Sumbar. Terlebih lagi, tak jauh dari sana juga dikembangkan objek wisata Pantai Tiram. Orang-orang yang pernah ke Tiram, Tapakih sepuluh tahun lalu, pasti akan sangat merakan perubahannya.
Apa itu berdampak signifikan mengurangi pengangguran pak?
Sudah pasti berkontribusi dalam menekan angka pengangguran daerah, jika kita bandingkan sebelum ada Poltekpel Sumbar dan dikembangkan kawasan wisata di sana. Selain Poltekpel Sumbar yang menyerap tenaga kerja, UMKM yang berkembang secara signifikan tentunya juga menyerap tenaga kerja di sekitar kawasan itu. Ini semakin lama pasti akan semakin berkembang baik ke depan.
Apakah hal itu cukup untuk dibandingkan dengan permasalahan pengangguran di Sumbar pak?
Sebenarnya, masih banyak di luar Poltekpel Sumbar itu. Ada MAN Insan Cendekia di Nagari Sintuk, Kecamatan Sintuk Toboh Gadang. Ceritanya juga sama dengan Poltekpel Sumbar. Kawasan sepi, kini jadi salah satu kawasan pergerakan ekonomi di Padangpariaman. Tidak kalah penting lagi, kedua fasilitas ini tentunya semakin memperbesar peluang generasi muda kita mendapatkan pendidikan berkualitas.
Apalagi jika Asrama Haji di Nagari Sungai Buluh Selatan, Stadion Utama Sumbar di Nagari Sikabu, dan Kawasan Perguruan Tinggi di Nagari Kapalo Hilalang rampung, tentunya akan membawa dampak positif dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Itu tidak hanya bagi Padangpariaman, tetapi juga Sumbar ke depannya.
Kenapa bapak bisa mengklaim demikian?
Saya bukan mengklaim, tetapi saya memprediksi dampak manfaatnya. Contohnya Poltekpel Sumbar dan MAN Insan Cendekia, daya tampungnya itu skala nasional. Tidak mungkin kebutuhannya terhadap tenaga pengajar itu kecil ke depannya. Begitupun kebutuhan pengembangan infrastrukturnya. Jadi, sudah pasti kawasannya sangat ramai nantinya. Kondisi itu tentunya peluang bagi pelaku UMKM kita.
Hal itu juga bisa terjadi di kawasan Asrama Haji Padangpariaman yang dibangun untuk menampung jemaah dalam hingga luar Sumbar. Sekarang saja, keberadaannya sudah sangat berdampak pada peningkatan ekonomi. Buktinya, investor properti dan pelaku UMKM mulai bergerak di sekitar kawasan Asrama Haji itu untuk pengembangan usahanya.
Begitupun di kawasan Stadion Utama Sumbar dan Kawasan Perguruan Tinggi yang kita kembangkan. Dulunya, kedua kawasan itu dikenal orang sebagai rimba belantara. Sekarang, sudah banyak yang melirik tanah di sana, untuk membangun rumah dan tempat usaha. Bahkan, harga tanah di sana sudah melonjak tajam.
Khusus Kawasan Perguruan Tinggi yang kita nama Tarok City, ini sudah pasti akan berkontribusi besar terhadap pengurangan pengangguran, serta mendukung pertumbuhan ekonomi Sumbar. Pasalnya, di sana akan dikembangkan sejumlah perguruan tinggi besar di Sumbar. Di antaranya Universitas Negeri Padang, Universitas Islam Negeri Imam Bonjol, Institut Senin Indonesia, dan Politeknik Negeri Padang. Apa lagi sekarang banyak yang melirik kawasan Tarok City untuk pengembangan agowisata ataupun wisata edukasi.
Apakah bapak yakin hal serupa bisa dilakukan di seluruh kabupaten/kota di Sumbar?
Sebenarnya, Poltekpel Sumbar, MAN Insan Cendekia, Asrama Haji Padangpariaman, Stadion Utama Sumbar, dan Tarok City, beberapa contoh bentuk pembangunan yang terkonsep secara matang untuk peningkatan ekonomi dan pencegahan meningkatnya pengangguran. Selain itu juga cerminan pentingnya memprioritaskan daerah yang belum berkembang dengan baik dalam pembangunan.
Jadi, apabila kita bicara bisa atau tidaknya hal serupa itu diterapkan di seluruh kabupaten/kota di Sumbar, sudah pasti jawaban saya bisa. Sebab, seluruh daerah kita di Ranah Minang ini pasti membutuhkan pembangunan yang mampu menggeliatkan perekonomiannya dan membuka peluang kerja. Kita bisa lihat di media massa, betapa masih banyaknya kawasan yang membutuhkan pembenahan sehingga SDM-nya termanfaatkan.
Kebijakan itu kan di tangan gubernur pak. Artinya, apa mungkin apa yang bapak pikirkan ini bisa dijalani pak Mulyadi nantinya?
Saya dan pak Mulyadi bukanlah “pasangan praktis” atau kenal untuk kebutuhan Pilkada ini saja. Kami sudah bersahabat sangat lama. Tekad kami untuk kemajuan Sumbar sangat sejalan. Apa yang saya lakukan di Padangpariaman selama ini, bahkan tidak lepas dari dukungan atau bantuan pak Mulyadi saat di DPR RI.
Apalagi jika kami nanti mendapat kepercayaan masyarakat Sumbar, sudah tentu kami lebih mudah dalam bekerja, karena kesamaan pemahaman tersebut. Lagian, kita harus menyadari istilah “Sumbar 1”. Artinya Gubernur dan Wakil Gubernur itu adalah satu dalam segala hal untuk kemajuan Sumatera Barat.
Terima kasih atas penjelasannya pak. Semoga apa yang bapak impikan tercapai.
Sama-sama. Saya juga sangat berterima kasih perhatian teman-teman media terhadap apa yang saya ucapkan dan lakukan. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dalam setiap aktivitas. Terlebih rekan-rekan wartawan yang tentunya sibuk dengan kegiatan menghimpun informasi. (da.)
