Belajar Tatap Muka Dimulai di Pessel dan Pariaman
Pesisir Selatan | Datiak.com – Setelah hampir delapan bulan belajar secara daring dari rumah, belajar tatap muka dimulai di sejumlah daerah di Sumbar. Di antaranya Kabupaten Pesisir Selatan dan Kota Pariaman. Pertimbangan dimulainya Proses Bejalar Mengajar (PBM) di sekolah, karena wabah virus corona di dua daerah itu semakin terkendali dan banyaknya pasien sembuh.
“Kami melihat, angka pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Pessel saat ini mulai melandai. Penularannya mulai terkendali. Bahkan, pasien yang sembuh dari positif Covid-19 terus bertambah,” kata Kepala SMKN 1 Painan, Syamsul Mardan, yang sekolahnya sudah melakukan PBM tatap muka, kemarin.
Meskipun telah melaksanakan kegiatan belajar tatap muka, para siswa dan guru di sana diminta tetap menerapkan protokol kesehatan. Di antaranya memakai masker, menjaga jarak, ataupun selalu mencuci tangan pakai sabun. Selain itu, sebelum mengajar di kelas, guru harus memastikan semua siswa dalam kondisi sehat. Bila ada siswa yang sakit, maka diperbolehkan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar.
“Ya, langkah itu dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19 di sekolah. Kemudian diharapkan, sekolah tidak menjadi klaster baru penyebaran virus corona ini,” harapnya.
Selain di lingkungan sekolah, siswa dan guru juga diminta selalu menerapkan protokol kesehatan di luar sekolah. Termasuk menjadi contoh bagi masyarakat. Sebab, penularan virus hingga kini masih terjadi di berbagai wilayah.
“Penerapan protokol kesehatan di sekolah terus diawasi, sehingga dapat mencegah penularan virus corona. Kemudian pihak sekolah menyediakan beberapa fasilitas mendukung. Di antaranya tempat mencuci tangan, alat pengukur suhu tubuh dan lainnya. Kemudian sekolah berkoordinasi dengan berbagai pihak dalam upaya pencegahan dan pengendalian virus,” jelasnya.
Sementara itu Juru Bicara Percepatan Penanganan Covid-19 Pessel, Rinaldi meminta agar protokol kesehatan diterapkan secara ketat di setiap sekolah yang melaksanakan kegiatan PBM tatap muka. ”Pihak sekolah jangan sampai lengah dalam penerapan protokol kesehatan. Kita tidak ingin sekolah menjadi klaster baru penularan Covid-19. Kemudian pihak sekolah harus mematuhi seluruh regulasi terkait dengan pencegahan dan pengendalian Covid 19,” tegasnya.
Berlaku di Seluruh Sekolah
Hal serupa juga diberlakukan Pemko Pariaman. Berada di zona kuning, Pemko Pariaman juga kembali mengaktifkan pembelajaran tatap muka. Namun tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Hal itu tertuang dalam Instruksi Wali Kota Pariaman Nomor 420/1354/Dikpora-2020, tanggal 16 November 2020.
Plt Wali Kota Pariaman Mardison Mahyuddin memutuskan belajar tatap muka dimulai di Kota Tabuik itu, setelah seluruh stakeholder terkait melaporkan hasil perkembangan kasus Covid-19 di Pariaman. Tidak itu saja, Pariaman kini juga sudah menjadi zona kuning penyebaran Covid-19.
Mardison menjelaskan, berdasar Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri, dijelaskan bahwa pembelajaran tatap muka di sekolah hanya diperbolehkan bagi wilayah zona hijau dan zona kuning. Pariaman saat ini telah berada di zona kuning. “Kami menginstruksikan agar besok (hari ini, Red) sekolah tatap muka sudah mulai dibuka kembali,” ungkap Mardison, kemarin.
Katanya, Pariaman sebenarnya telah melaksanakan pembelajaran tatap muka Agustus 2020. Namun, sekolah kembali ditutup lantaran positif Covid-19 meningkat lagi. “Kami mengingatkan kepala sekolah menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Setiap siswa yang akan memasuki sekolah, suhu siswa harus diukur melalui thermogun. Siswa juga diwajibkan memakai masker,” katanya.
Selain itu, ia meminta agar guru mewajibkan siswanya cuci tangan pakai sabun yang disediakan di sekolah. “Jumlah murid dalam satu kelas juga dibatasi. Hanya separuh dari biasanya. Untuk SD maksimal 14 murid per kelas. Sedangkan SMP dan SMA/SMK maksimal 16 siswa dalam kelas,” pintanya.
Artinya, lanjut Mardison, para siswa akan bergantian belajar tatap muka. Jadi, ada siswa yang shift belajar tatap muka dan belajar daring atau belajar jarak jauh. “Setiap kelas juga diwajibkan menyediakan handsanitizer, serta jam pelajaran hanya dari pukul 07.30 sampai 10.15, tanpa istirahat. Setelah selesai belajar siswa diminta langsung pulang ke rumah,” tegasnya.
Para siswa juga diminta membawa bekal dari rumah. Baik makanan maupun minuman. “Dengan dibukanya sekolah, anak-anak dapat kembali merasakan suasana sekolah. Kami berharap mutu pendidikan semakin meningkat,” harapnya. (da.)